Bergaul dengan orang sesuku lebih mudah ketimbang
dengan seorang yang berasal dari suku lain. Berdiskusi dengan orang yang seiman
lebih mudah ketimbang dengan mereka yang beragama lain. Bepergian bersama
sanak-keluarga lebih terasa akrab ketimbang piknik dengan keluarga lain
seperusahaan. Ah, kita lupa, sesama suku atau seiman dan bahkan antara anggota
keluarga dapat berselisih. Namun, ikatan kekeluargaan, kesukuan, kesamaan agama bisa menjadi peredam.
Tetapi,
apakah kalau begitu tidak ada tempat bagi mereka yang tidak “segolongan” dengan kita? Ada, kata
Tuhan. Di mana? Di dalam Tuhan yang mengasihi semua orang dan yang tidak
membeda-bedakan. Kita manusialah yang gemar mengelompok-lompokkan orang sesuai
suku, agama,, status social. Harta, jabatan dan banyak lagi. Kemudian kita
membangun tembok tinggi-tinggi agar kelompok kita aman dan terjaga
kemurniannya. Tetapi seperti tembok panjang di Cina, orang yang berada di dalam
batasan tembok menjadi terisolir dari dunia luar.
Marilah
kita runtuhkan tembok-tembok itu! Itu tugas kita semua. Marilah kita bangun
jembatan-jembatan yang menghubungkan semua golongan. Misalnya, ada jembatan
kasih, jembatan kemanusiaan, jembatan kebangsaan, jembatan keprihatinan
terhadap mereka yang lemah, jembatan pembangunan bangsa dan Negara. Dan jangan
lupa , penggunaan jembatan itu berlaku dua arah.
No comments:
Post a Comment