“Suatu
hari dalam sebuah pelatihan seorang pelatih berkata kepada peserta pelatihan:
“Saya ingin satu orang dari antara kamu maju ke depan dan mengikuti apa yang
hendak saya instruksikan..”
Lalu seorang wanita maju ke depan dan berdiri tepat
di depan white board..
Pelatih:
“ Coba kamu tulis di papan 17 nama orang-orang yang kamu sayangi yang penting
dalam hidupmu..”
Kemudian
wanita tersebut mennulis 17 nama orang-orang yang disayanginya yang dianggap
penting dalam hidupnya. Ia menulis nama tetangganya, teman kantornya, sahabat,
orangtua, suami dan anaknya.
Pelatih
: “ Sekarang coba kamu coret satu nama yang tidak terlalu penting dalam
hidupmu..”
Wanita
tersebut mencoret satu nama yang tidak terlalu penting dalam hidupnya yaitu nama
tetangganya..
Pelatih:
“Sekarang coba kamu coret lagi satu nama yang tidak terlalu penting dalam
hidupmu..”
Kemudian
wanita tersebut mencoret satu nama lagi yang tidak terlalu penting dalam
hidupnya..
Pelatih:
“Sekarang coba kamu coret lagi satu nama yang tidak terlalu penting dalam
hidupmu..”
Demikianlah
pelatih menyuruh wanita tersebut untuk mencoret satu per satu nama-nama orang
yang tidak terlalu penting dalam hidup wanita itu hingga yang tersisa tinggal 3
nama lagi, yaitu nama ibu, suami dan anaknya..
Pelatih:
“ Di papan ada 3 nama lagi, sekarang coba kamu coret satu dari ketiga nama di
atas..”
Semua
peserta terdiam seketika suasana menjadi sangat hening. Perhatian peserta
pelatihan tertuju pada waita tersebut.
Kemudian
wanita itu mengangkat spidol yang ada ditanganya dan mencoret 1 nama yaitu
ibunya..
Semua
peserta pelatihan menangis..
Pelatih:
“ Dari kedua nama tersebut coret 1 nama lagi..”
Wanita
tersebut mengangkat kembali spidol yang ada ditanganya dan mencoret 1 nama lagi
yaitu nama anaknya..
Suasana
ruangan semakin penuh dengan isak tangis.
Lalu
pelatih bertanya: “ Mengapa engkau mencoret nama ibu dan anakmu? Mengapa engkau
memilih suamimu? Bukankah ibumu telah melahirkan engkau ke dunia ini? Jika ia
tidak mengandung dan melahirkan engkau, engkau tidak akan pernah ada.. dan
anakmu, bukankah engkau telah mengandung berbulan-bulan lamanya dan engkau
kesakitan saat melahirkannya..
Wanita :
“ Ya.. Kehidupan ini akan tetap berjalan dan berlalu.. Ibuku memang telah
berjuang bagiku, Beliau begitu mengasihiku, Beliau mengandung dan melahirkan
aku, jika beliau tidak melahirkan aku, aku memang tidak akan pernah ada.. tapi
seiring dengan waktu beliau akan pergi dan meninggalkan aku.
Demikian
juga dengan anakku, seiring dengan waktu dia akan bertumbuh dan berkembang dan
suatu saat setelah dia dewasa dia akan pergi merantau dan meninggalkan aku,
tidak selamanya dia dapat bersamaku..
Tetapi
suamiku, dialah yang akan menemaniku sepanjang hidupku, dialah temanku berbagi
suka dan duka, temanku menjalani hari-hariku, saat semua anak-anak pergi dialah
yang akan setia duduk di sampingku…
Demikianlah
kehidupan
ini, kehidupan bagaikan bawang bombai. Bawang bombai jika dikupas satu
per satu maka akan habis juga dan adakalanya bawang bombai membuat kita
menangis saat kita mengupas atau mengiris bagiannya. Seperti hidup,
semakin hari kita akan semakin tua
dan kita akan melepas setiap orang-orang yang kita sayangi dan akan
meneteskan air
mata.
No comments:
Post a Comment