Thursday, 17 October 2013

Membangun Jembatan



Bergaul dengan orang sesuku lebih mudah ketimbang dengan seorang yang berasal dari suku lain. Berdiskusi dengan orang yang seiman lebih mudah ketimbang dengan mereka yang beragama lain. Bepergian bersama sanak-keluarga lebih terasa akrab ketimbang piknik dengan keluarga lain seperusahaan. Ah, kita lupa, sesama suku atau seiman dan bahkan antara anggota keluarga dapat berselisih. Namun, ikatan kekeluargaan, kesukuan, kesamaan  agama bisa menjadi peredam.
                    Tetapi, apakah kalau begitu tidak ada tempat bagi mereka yang  tidak “segolongan” dengan kita? Ada, kata Tuhan. Di mana? Di dalam Tuhan yang mengasihi semua orang dan yang tidak membeda-bedakan. Kita manusialah yang gemar mengelompok-lompokkan orang sesuai suku, agama,, status social. Harta, jabatan dan banyak lagi. Kemudian kita membangun tembok tinggi-tinggi agar kelompok kita aman dan terjaga kemurniannya. Tetapi seperti tembok panjang di Cina, orang yang berada di dalam batasan tembok menjadi terisolir dari dunia luar.
                    Marilah kita runtuhkan tembok-tembok itu! Itu tugas kita semua. Marilah kita bangun jembatan-jembatan yang menghubungkan semua golongan. Misalnya, ada jembatan kasih, jembatan kemanusiaan, jembatan kebangsaan, jembatan keprihatinan terhadap mereka yang lemah, jembatan pembangunan bangsa dan Negara. Dan jangan lupa , penggunaan jembatan itu berlaku dua arah.


No comments:

Post a Comment