Wednesday, 9 October 2013

FACING THE GIANT

FACING THE GIANT, bercerita tentang pengalaman seorang pelatih football sebuah SMU (High School). Selama 6 tahun melatih tim football-nya, tim asuhannya selalu gagal, dan belum sekalipun berhasil menjuarai pertandingan apapun. Kegagalan yang dialaminya makin disempurnakan oleh kenyataan yang dihadapinya dalam kehidupannya. Dia telah menikah beberapa tahun, namun belum bisa memiliki rumah yang layak, mobil yang layak bagi dia dan istrinya, serta tidak bisa memberikan keturunan bagi istrinya karena didiagnosa tidak subur oleh dokter. Istrinya sangat menginginkan kehadiran bayi dalam pernikahan mereka. Berkali-kali istrinya melakukan chek-up kehamilan ke Rumah sakit, namun hasilnya selalu “negatif” dan mengecewakan. Para perawat di Rumah sakit yang sudah sangat mengenal istrinya sampai meledek istrinya itu karena obsesinya untuk segera memiliki anak. Bukan sampai di situ saja, suatu ketika dia harus mendengar dengan telinganya sendiri pembicaraan para pengurus Yayasan di sekolah tempatnya bekerja, bahwa dirinya akan diberhentikan sebagai pelatih karena dianggap selalu gagal. Sang Pelatih menjadi sangat kecewa, dan frustrasi. Hubungan dan komunikasinya dengan sang istri juga memburuk. Dia kemudian menghukum dan mempersalahkan dirinya sendiri atas semua kegagalan beruntun yang dihadapinya dalam hidupnya. Memang, sungguh sangat berat situasi yang dialami oleh pelatih football ini. Meski sebenarnya dia telah berjuang dan berusaha sebaik-baiknya dengan segala kemampuannya untuk melatih Timnya, namun hasilnya masih selalu jauh dari yang diharapkan bahkan lebih sering sangat mengecewakan hatinya.
Dalam rasa frustrasi yang dalam dia mengurung diri di rumah dan menghabiskan waktu dari hari-harinya dengan membaca dan membaca. Sering dia bahkan tidak bisa tidur atau terbangun tengah malam dan mulai membaca, Sampai akhirnya tertidur karena kelelahan. Buku yang dibacanya adalah HOLY BIBLE. Dari pembacaan Alkitab dia mengingat Tuhan, Allah yang luar biasa, Gembala yang baik yang berkuasa. Dia kemudian menemukan bahwa tujuan utama dalam hidup bukanlah target atau hasil yang bisa dicapai, tetapi bagaimana melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya sebagai suatu Ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Paradigma dan pandangan hidupnya berubah secara drastis, bukan lagi ‘target oriented’ melainkan menjadi ‘process oriented’. Hari-harinya berubah. Dia menjadi lebih banyak berdoa dan berseru kepadaNYA. Dia menyerahkan segenap masalah dan pergumulannya dan mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan. Dan dengan Paradigma yang baru dia meminta agar pihak sekolah memberinya sekali lagi kesempatan melatih Tim. Pada awalnya pihak sekolah keberatan, namun akhirnya diputuskan untuk memberikan kesempatan terakhir. Dan dengan paradigma yang baru pula sang pelatih melakukan pendekatan kepada tim asuhannya. Dia menjelaskan bahwa untuk segala hal yang utama bukan hasil, melainkan bagaimana cara yang dilakukan. Pada awalnya anggota Tim kebingungan, namun akhirnya mereka menikmati suasana latihan yang selalu diawali dengan doa.  Mereka berlatih untuk menghadapi “TIM GIANT” yang sesuai dengan namanya terdiri dari orang yang besar-besar. Tim ini terkenal sangat tangguh dan sangat jarang terkalahkan. Melihat kesenjangan yang ada anggota Tim agak kecut. Tim football SMU ini melihat TIM GIANT, saingannya sebagai sesuatu yang menakutkan. Namun sang pelatih membangkitkan rasa percaya diri timnya dengan semboyan: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Dengan prinsip inilah pada akhirnya Tim football sekolah berhasil mengalahkan Tim Giant, walau dengan pertandingan yang alot dan perjuangan yang keras. Salah seorang anggota Tim adalah putra pemimpin Yayasan Sekolah. Hubungannya dengan ayahnya sudah sejak lama tidak harmonis. Sang pelatih berhasil membantu memulihkan hubungan ayah-anak itu menjadi sangat harmonis – tentunya dengan paradigma yang berbeda, berdasarkan Firman Tuhan. Sebagai gantinya, dengan diam-diam pemimpin Yayasan Sekolah itu mengganti Mobil lama sang pelatih dengan mobil baru. Sementara itu istri sang pelatih yang untuk kesekian kalinya melakukan Chek-up kehamilan harus kecewa karena hasil test menyatakan dirinya belum hamil juga. Tepat di hari kemenangan Tim yang untuk pertema kalinya dalam kurun waktu 6 tahun berhasil menjadi juara menerima konfirmasi dari pihak Rumah sakit bahwa hasil “negatif” test kehamilan yang diterimanya sebagai sebuah kesalahan karena tertukar dengan pasien lain. Ketabahan istri dan kedekatan sang pelatih kepada Tuhan mengubah jalan hidupnya. Kisah hidup pasangan dalam film berakhir bahagia: karirnya sebagai pelatih akhirnya berhasil, mereka memiliki mobil yang bagus, rumah yang layak dan akan segera menimang anak yang sangat didambakan.

teman banyak hal yang kita inginkan didunia ni tapi kerap kali kita melupakan sesuatu yang sangat penting, mungkin kita terlaru terorintasi kepada tujuan kita sampai-sampai kita lupa sama Tuhan, alhasil kegagalan sering kali mengunjungi kita. Teman dalam kondisi sesulit dan situasi apapun ita gak boleh yang namanya lupa sama Tuhan, inget Tuhan gak bakalan pernah ninggalin kita, Dia melihat kita kok. memang terkadang Ia memberikan ujian yang sangat berat buat kita, karna Dia mau liat  seberapa kuatkah Iman kita, seberapa tekunkah kita kepadaNYA. dan ketika Ia melihat ketekunan kita, kita mau kembali kepadaNYA, yakin dan percaya Dia bakalan langsung mengulurkan tanganNYA untuk menopang kita. teman rencana Tuhan itu selalu indah pada waktuNYA dan pertolongan serta berkatNYA selalu datang tepat waktu.

No comments:

Post a Comment